Me Rambles

Sunday 4 March 2012

Elegi Satu Sua -part 1-

       “Sebentar lagi waktunya, Ji” seru seorang laki-laki yang tiba-tiba saja telah berdiri dibelakangnya itu.

Taji pun mengangguk, lalu menghela nafasnya. Telah lumayan lama kini ia tercenung memindai lapang belecak dihadapannya itu. Kadarnya kini seolah menciut termakan jeda rentang ingatan.

        Disini, sebuah pertalian takdir yang sedianya tuturkan tarikh filantropi masih nyata merasuki benaknya.

“Ada yang lagi lo pikirin?” tanya laki-laki itu penasaran.

Taji pun terdiam sesaat. Pikirkan? Ya .. Apakah yang kiranya tengah aku pikirkan?

Tak berapa lama kemudian ia menoleh ke arah laki-laki yang mulai duduk disampingnya itu. “Lo tau gak Ga, apa yang pertama kali diperluin seseorang untuk bisa berubah?”

Laki-laki itupun menatapnya heran, “Keinginan sama usaha?” jawabnya sedikit bingung.

Taji pun ragu sesaat, “Ada yang lebih essential sebelum itu semua.. ” ucapnya


“Apaan?”

“Takdir .. “

“Takdir?!” Mata Rangga memicing seakan tidak mempercayai kata yang baru saja didengarnya.

Taji mengangguk sekali, “Yeah, takdir .. “

Seketika itu juga tawa Rangga meledak, “Kayaknya bachelor party semalem udah bikin otak lo kacau Ji!?”, lalu ditepuknya pundak Taji pelan “Come on man, lo tau sendiri kalo gak ada hal-hal mistik kayak gitu man!” tambahnya mengekeh.

Mimik Taji pun berubah murung. Benarkah?

Baginya yang kala itu selalu dirundung kesunyian kiranya hanyalah memerlukan satu buah ketepatan waktu saja. Satu ketepatan waktu yang sejatinya dapat mengawali setiap pertemuan ataupun perpisahan .

Kiranya hanyalah dari satu buah ketepatan itu saja telah cukup memberi perubahan yang sangat besar baginya. Terciptanya satu buah pertemuan yang tak pernah ia sangka serta terjalinnya sebuah pertalian tulus tanpa ia sendiri harus menghiraukan tentang apa, siapa dan bagaimana ..

Bagaimana jika saat itu aku tak berada disini? Atau jika ia terlambat beberapa saat saja, mungkinkah kita akan memiliki akhir yang sama seperti ini? Bukankah itu takdir? 

Naif? Mungkin iya bagi sebagian orang, tapi nyata tidak bagiku ...

Baru disadarinya kini betapa berartinya ketepatan waktu itu. Betapa berpengaruhnya markah dari ketulusan tangan yang kala itu terulur. Sebuah perubahan yang telah sekian lama artinya jauh tersimpan pada nadir alam bawah sadarnya, terlupakan. Atau mungkin lebih tepatnya sengaja ia lupakan.

        “Menurut gua, setiap saat, setiap kejadian, ataupun setiap kesempatan yang melahirkan pilihan-pilihan didalam hidup kita, itulah takdir..” tutur Taji pelan.

Mulut Rangga pun menganga, shock. “Oke man, obviously lo sedang risau sekarang..” Mimiknya pun mulai berubah serius “Dan sebagai Best Man, gua berkewajiban untuk ngembaliin lo ke jalan yang bener dan lurus. So, spit it out man!?” tambahnya lagi.

Taji langsung tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu.

        Tak berapa lama kemudian ia pun kembali terdiam.Dipandanginya lagi lapangan belecak yang terbentang dihadapannya itu. Risau? Sepertinya begitu, atau mungkin lebih tepatnya mencoba mengingat..

Nyata kini ia sadari betapa pentingnya keberadaan suatu masa yang sangat murni di dalam hidupnya. Suatu masa ketika kebahagiaan, kesedihan serta kerinduan yang tulus dan jujur bercampur aduk didalam satu buah kata yang terdengar pilu bagi beberapa orang, Kenangan..

No comments:

Post a Comment